Dampak Energi Fosil terhadap Lingkungan dan Masyarakat
Di Indonesia, energi fosil masih menjadi sumber utama pemenuhan kebutuhan energi nasional. Sekitar 88% dari total konsumsi energi Indonesia berasal dari bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam. Dalam sektor ketenagalistrikan, ketergantungan terhadap batu bara sangat tinggi—lebih dari 67% pembangkit listrik di Indonesia masih menggunakan batu bara sebagai sumber energi utama. Meski bahan bakar ini mampu menghasilkan energi dalam jumlah besar, dampak lingkungan dan sosialnya sangat besar. Pembakaran bahan bakar fosil melepaskan emisi karbon dioksida (CO₂) dalam jumlah besar, yang menjadi penyebab utama pemanasan global dan perubahan iklim. Selain itu, proses pembakaran batu bara menghasilkan polusi udara berupa sulfur dioksida (SO₂), nitrogen oksida (NOₓ), dan partikel halus (PM2.5), yang berdampak buruk pada kesehatan manusia, terutama saluran pernapasan. Tak hanya itu, kegiatan ekstraksi energi fosil sering kali menyebabkan kerusakan lingkungan seperti deforestasi, pencemaran air, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Semua ini menunjukkan bahwa ketergantungan berlebihan pada energi fosil tidak hanya mengancam kelestarian lingkungan, tetapi juga menimbulkan risiko serius bagi kualitas hidup masyarakat.
⚡ Isu Kebutuhan Energi dan Solusinya
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan jumlah penduduk, kebutuhan energi di Indonesia terus mengalami peningkatan signifikan. Tantangan besar muncul ketika sumber energi yang digunakan masih didominasi oleh energi tak terbarukan, yang pada akhirnya akan habis dan meninggalkan dampak lingkungan yang parah. Salah satu isu penting yang dihadapi Indonesia saat ini adalah bagaimana memenuhi kebutuhan energi nasional secara berkelanjutan tanpa memperburuk krisis iklim global. Untuk menjawab tantangan tersebut, pemerintah Indonesia telah mencanangkan strategi transisi energi, yaitu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan secara bertahap menggantinya dengan sumber energi terbarukan. Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2035 menargetkan kontribusi energi baru terbarukan mencapai 60%, dengan penghentian seluruh pembangkit berbahan bakar fosil dalam 15 tahun mendatang. Indonesia memiliki potensi luar biasa dalam energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, air, dan panas bumi. Dengan memanfaatkan potensi ini, Indonesia tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan energinya secara berkelanjutan, tetapi juga memperkuat ketahanan energi nasional, menciptakan lapangan kerja hijau, dan berkontribusi nyata terhadap upaya global dalam mengatasi krisis iklim.